Minggu, 14 Juni 2015


LAPORAN HASIL KUNJUNGAN KE MUSEUM “DEWANTARA KIRTI GRIYA”


Museum Dewantara Kirti Griya : Saksi Sejarah yang Nyata

Selain meninggalkan ajaran hidup dan nilai-nilai luhur yang ada di Tamansiswa, Ki Hadjar Dewantara juga meninggalkan beberapa bukti sejarah semasa perjalanan hidupnya dari zaman pra kemerdekaan sampai paska kemerdekaan. Peninggalan-peninggalan beliau itu terkumpul semua didalam sebuah bangunan Museum Dewantara Kirti Griya (DKG) yang terletak di komplek sekolah Tamansiswa, Jalan Tamansiswa No. 31, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.

. Semua perjuangan Ki Hadjar dicatat dan disimpan didalam museum. Awalnya, museum DKG merupakan rumah dari KHD sendiri setelah pemilik terakhir yang seorang janda penguasa perkebunan belanda Mas Ajeng Ramsinah menjualnya pada tanggal 14 Agustus 1935. Sebagaimana yang diungkapkan Ki Agus Purwanto, salah seorang staf dari pengelola museum, bahwasannya KHD mempunyai dua rumah, yang pertama museum sekarang dan kedua sebuah rumah yang terletak di jalan Kusumanegara 131 Mujamuju Yogyakarta (sekarang menjadi kantor rektorat kampus UST). Pembelian rumah (sebelum menjadi museum DKG) Ramsinah tersebut dibayar sebesar 3.000 gulden (drie duizend gulden) meliputi persil yang berlokasi ditempat tersebut lengkap dengan perabot rumah tangga. Pada tahun 1958 KHD dan keluarga pindah ke jalan Kusumanegara. Inilah awalnya museum DKG terbentuk.


Ki Agus mengungkapkan bahwa, sebelum KHD pindah rumah, beliau berniat menjadikan bekas tempat tinggalnya sebagai penunjang dari studi dan pendidikan. Dan KHD sendiri untuk memastikan itu, meminta rumahnya dijadikan sebuah museum sebelum beliau benar-benar berpindah tempat. Dari situ, untuk memenuhi permintaan dari KHD, maka disusunlah kepanitiaan yang terdiri dari Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, Keluarga Besar KHD, Keluarga Besar Tamansiswa dan Sejarahwan untuk mewujudkannya. Dan bertepatan dengan peringatan hari Pendidikan, dengan dibuka langsung oleh Nyi Hadjar Dewantara selaku Pimpinan Umum Persatuan Tamansiswa, tepatnya tanggal 2 Mei 1970, museum sah diresmikan untuk umum.

Makna dari nama Dewantara Kirti Griya ialah rumah tempat KHD bekerja. Dan dengan Sengkalan Miyat Ngaluhur Trusing Budi, adalah petunjuk tahun pembukaannya pada tanggal 25 bulan sapar tahun 1902 (jawa). Makna yang terkandung didalamnya ialah para pengunjung diharapkan dapat mempelajari, meresapi, menghayati isi museum untuk selanjutnya dapat menciptakan gagasan-gagasan baru (Buku Petunjuk Museum Dewantara Kirti Griya 1985/1986 hal 06-07).


Museum ini terdiri beberapa ruangan yaitu dimulai dari :

1. Kamar khusus disebelahnya.

Ketika masuk kedalam, di dalam ruangan ini terdapat ruang keluarga yang paling besar. Didalam ruang keluarga tersebut, terdapat beberapa koleksi antara lain kumpulan buku-buku yang tersusun rapi di almari dan didepannya ada sebuah kursi goyang dan artikel yang ditulis KHD dalam surat kabar Sinar Matahari serta sebuah cangkir kecil. Disinilah tempat dimana KHD sambil santai minum kopi dan mendengarkan radio. Selain itu, terdapat pula jam dinding besar dan kuno. Didekat jam tersebut, juga ada peninggalan dari Nyi Hadjar Dewantara yaitu meja tulis dan tempat beliau engarsipkan semua tulisan dari KHD. Dan ada juga arsip Nyi Hadjar yang dikoleksi terutama tentang kodrat-kodrat wanita (etika dan adab wanita).


2. Ruang Tamu Utama

Di ruangan ini terdapat meja kursi yang digunakan KHD untuk menyambut tamu. Selain itu, ada juga pernyataan dari Presiden Pertama RI yang sekaligus murid dari Tamansiswa Bandung, Ir Soekarno yang menyatakan ” Ki Hadjar Dewantara adalah pendorong dan pemimpin bangsa Indonesia yang oleh Tuhan diberi karunia untuk memimpin bangsanya. Kalau dulu tak ada seorang yang bernama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat yang kemudian menjadi Ki Hadjar Dewantara, keadaan pergerakan kebangsaan Indonesia tak akan cemerlang seperti yang kita alami”. Didekat tulisan itu, terdapat juga tulisan lainnya Bung Karno yang menghimbau agar bangsa ini harus mempunyai kekuatan dan kepribadian dalam menghadapi perjuangan nasional. Jika tidak, maka selama-lamanya akan menjadi budak. Selain meja kursi tersebut, koleksi isrimewa yang ada di ruangtamu ialah sebuah proyektil mortil yang ditembakan oleh belanda dan jatuh tepat dihalaman depan pendapa tamansiswa. Tapi mortir yang ditembakkan januari 1949 tersebut tidak membawa korban. Disebelah mortir itu, terdapat juga pesawat telepon Kuno merek Kellog yang dibuat pada tahun 1927 oleh Swedia. Sampai sekarang barang itu masih terjaga dengan baik. Dibawahnya terdapat tulisan yang menerangkan bahwa dengan masih menggunakan telepon itu, nomer panggilan (kode area) untuk wilayah Jogjakarta ialah dua digit yaitu 43.


3. Ruang Kerja Ki Hadjar Dewantara


Di ruang kerja terdapat koleksi berupa peci, pena lama, buku tamu dan tas yang pernah digunakan KHD. Juga satu almari besar yang penuh dengan koleksi bukunya KHD dalam bahasa belanda. Piano kecil dan Sistem Nada Swara ciptaan KHD pada tahun 1926 membukatikan bahwa beliau suka dengan musik. Dan yang paling menarik lainnya ialah piagam Doktor Honoris Causa yang diberikan presiden (sebutan untuk rektor zaman dahulu) Universitas Gadjah Mada Prof. Dr. Sardjito tanggal 19 Desember tahun 1956. dibelakang meja kerjanya terdapat lambang tamansiswa yang tertulis tahun berdiri 1922 dan sebuah radio antik radio Erres yang dibuat pada tahun 1938 oleh belanda. Disampingnya, sebuah benda yang bentuknya agak bulat dan berwarna hitam. Tertulis dibawahnya benda tersebut berasal dari Bengkulu tahun 1935. yang tergantung di dinding almari, berbentuk prisma juga merupakan souvenir tamansiswa cabang Tebing Tinggi tahun 1938. Dibawahnya juga ada souvenir dari bali tahun 1934 yang bernama Blencong dan Kendi, dan disampingnya, dalam ukuran yang agak besar dari semuanya, merupakan sovenir dari tamansiswa cabang Gedongtataan Lampung tahun 1938 yang berupa sepasang gading gajag dan ada gong kecil ditengahnya.

4.Tempat Tidur Putri Ki Hadjar Dewantara 

Merupakan tempat tidur (kamar) dari anaknya Ki Hadjar. Di ruangan ini juga ada dua almari besar yang berisi pakaian-pakaian yang pernah dipakai Putri Ki Hadjar dan almari berisikan barang pecah belah. Diatas tempat tidur, terpampang foto Ki dan Nyi Hadjar beserta putrinya Asti. Asti merupakan anaknya yang lahir semasa Ki Hadjar Diasingkan dinegeri Belanda.

5.Kamar Tidur Khusus Ki Hadjar Dewantara 

Didalam kamar itu juga terdapat dipan kecil yang ukurannya hanya muat untuk satu orang. Dan disampingnya ada mesin ketik yang menurut Ki Agus adalah alat Ki Hadjar untuk membuat artikel-artikelnya dan arloji tua, jam tua serta buku diarinya yang tampak kelihatan usang. Disamping belakang dipan juga terdapat tiga pucuk tongkat sangga Ki Hadjar yang masih kuat dan didalam almari besar tersimpan koleksi baju semasa Ki Hadjar ditahan di Penjara Pekalongan lengkap dengan sarungnya. Di almari itupula terdapat dua pucuk sertifikat yang bernomer register 406 BII pada tahun 1924 yang menerangkan bebasnya Ki Hadjar dari tahanannya. Di sana juga terdapat perlengkapan mandi yang pernah dipakai oleh Ki Hadjar. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar