Senin, 15 Juni 2015

TIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA





PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA (MEMBACA PUISI)

MELALUI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

PADA SISWA KELAS III SD





A. Pendahuluan

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan pendorong utama penerapan komputer dalam pembelajaran, yang dikenal dengan istilah Komputer Assisted Learning (CAL) atau pembelajaran dengan bantuan komputer. Komputer sebagai media dapat dimanfaatkan untuk membantu orang atau siswa dalam belajar termasuk belajar bahasa. Namun, perlu diingat bahwa komputer hanyalah alat atau media dan sepenuhnya tergantung penggunanya. Oleh karena itu, komputer tidak akan berdaya guna apabila tidak digunakan dengan tepat. Komputer memiliki peran sebagai media yang membantu dalam proses pembelajaran, oleh karena itu, komputer dapat diganti peranannya. (Hartoyo: 2006).

Dalam pengajaran bahasa, sangat dimungkinkan adanya penyampaian materi oleh guru yang tidak mudah dipahami oleh peserta didik. Sebagai contoh penyampaian materi pembacaan puisi pada siswa kelas III Sekolah Dasar yang kurang variatif dan inovatif dan dianggap menjenuhkan, dengan penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) kekurangan itu dapat diminimalisir.

Dengan penggunaan TIK dalam pengajaran bahasa Indonesia khususnya sastra, pengajaran yang dinilai sulit untuk disampaikan akan lebih mudah untuk disampaikan dan diterima oleh siswa. Pengajaran yang kreatif dan inovatif akan memberikan kesan tersendiri bagi siswa yang berdampak penguatan ingatan pada diri seorang siswa.



B. Latar Belakang

Saat ini, pengajaran secara konvensional sudah seharusnya ditinggalkan oleh tenaga pengajar. Sudah sepantasnya tenaga pengajar atau guru menggunakan TIK sebagai sarana mempermudah pekerjaannya sekaligus sebagai media memperkaya pengetahuan siswa dan guru. Lebih dari itu, seorang guru mulai dituntut untuk bisa mengoperasikan TIK dalam pengajarannya sebagai cara menghilangkan kejenuhan siswa kepada mata pelajaran atau kepada gurunya itu sendiri. Misalnya, pengajaran sastra secara konvensional, guru memberikan contoh pembacaan puisi, siswa mendengarkan, dan siswa melakukan.

Dalam kasus ini, pengajaran sastra tanpa menggunakan TIK, guru memberikan contoh pembacaan puisi walaupun dengan dengan intonasi yang tepat, ekspresi wajah yang tepat serta pelafalan yang benar, seolah tidak menjadi hal yang menarik di mata siswa dan kurang dapat diingat oleh seorang siswa. Mulai dari pembacaan puisi oleh seorang guru yang berumur di atas 30 tahun, pemilihan puisi untuk usia anak-anak, sampai pada pemberian contoh yang kurang disukai oleh siswa. Hal ini menjadi satu masalah atas ketertarikan atau minat siswa dengan cara pengajaran guru di sekolah.

Akan tetapi, jika pengajaran itu divariasikan dengan menggunakan TIK, pemberian contoh pun sudah tidak secara langsung ditampakkan oleh seorang guru. Guru dapat memberikan rekaman dengan menggunakan proyektor melalui media audio visual dengan model yang berumur sebaya dengan peserta didik. Dengan menggunakan model yang berumur sebaya, sangat dimungkinkan dapat merangsang dan memotivasi siswa untuk lebih percaya diri dan membangun minat siswa untuk membaca puisi di depan kelas dengan ekspresi wajah, intonasi, dan pelafalan yang baik.



C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah penelitan ini sebagai berikut:

1. Bagaimana meningkatkan kemampuan membaca puisi melalui Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)?

2. Apakah penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dapat meningkatkan kemampuan membaca puisi siswa?



D. Teori dan Referensi

Menurut Arsyad (2002:15) menyatakan bahwa dalam suatu proses pembelajaran, dua unsur yang amat penting adalah metode dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan guru lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.

Pencapaian tujuan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah media pembelajaran. Media pembelajaran dapat meningkatkan motivasi siswa dalam menciptakan suasana belajar secara kolaboratif, dan membuat siswa aktif. Media pembelajaran yang dimaksud adalah Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) yaitu komputer.

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) secara umum diartikan sebagai teknologi yang memiliki fungsi penunjang proses penyampaian informasi dan komunikasi. Sejalan dengan berkembangnya teknologi, TIK dengan dukungan sistem dan jaringan (network) komputer memungkinkan manusia untuk berkomunikasi dengan melihat fisik maupun mendengar suara secara langsung meskipun pihak-pihak yang berkomunikasi berada di tempat yang berbeda.

Seperti yang dikemukakan Hartoyo dalam makalah (Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komnikasi dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia);(2009), bahwa teknologi dan informasi (TIK) secara umum diartikan sebagai teknologi yang memiliki fungsi penunjang proses penyampaian informasi dan komunikasi.

Perkembangan TIK yang sedemikian pesat telah berpengaruh terhadap aplikasi komputer dalam penunjang pembelajaran bahasa, yang sering dikenal dengan istilah Komputer-Assisted Language Leraning (CALL). Komputer sebagai media digunakan untuk membantu pembelajar dalam pembelajaran, seperti halnya pembelajaran bahasa.

Selanjutnya Hartoyo mengemukakan: jika dicermati dengan seksama, salah satu permasalahan utama pembelajaran bahasa adalah isu-isu terkait dengan metode pembelajaran bahasa. Ditilik dari sejarah perkembangan pembelajaran bahasa, telah terjadi berbagai upaya untuk mewujiudkan metode pembelajaran yang lebih baik. Upaya mencari metode pembelajaran yang lebih baik selalu didasari atas kritik terhadap kekuranagn metode pembelajaran yang telah ada sebelumnya. Sebagai contoh, Grammar Translation Method yang menekankan pada pembelajaran membaca, tata bahasa, dan kosa kata dianggap kurang efektif dalam membekali siswa dengan kemampuan komunikatif. Dengan dasar kritik inilah maka muncullah metode pembelajaran bahasa yang lainnya seperti Direct Methode, yang menekankan pada penggunaan bahasa yang dipelajari dalam berkomunikasi. Direct method juga akhirnya menuai kritik, dan lahir lah Audio Lingual Method, The Silent way, Suggestopedia, Community Language, Communicative Approach, hingga Total Physical Respone. Kehadiran Total Physical Responsepun menuai kritik, dan sejalan dengan perkembangan TIK muncullah gagasan untuk mengembangkan Komputer-Assisted Language Learning (CALL) – Multimedia.

Memperhatikan dampak positif berbagai kajian tentang pemanfaatan TIK dalam menunjang pembelajaran di sekolah, tidak berlebihan jika di sekolah di tanah air ini juga memiliki prospek masa depan yang memungkinkan untuk mengaplikasikan TIK dalam menunjang pembelajaran.

Terlepas dari peran komputer yang hanya merupakan media, komputer memberikan berbagai manfaat bagi siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu manfaat atau kelebihan komputer adalah komputer merupakan alat yang lebih interaktif dibandingkan dengan media yang lain, misalnya tape recorder, proyektor film, dan jenis perangkat media yang lain termasuk kapur dan papan tulis.

Menurut Nelson et al., (1976) sifat unik komputer sebagai media pendidikan adalah terletak pada kemampuannya untuk berinteraksi dengan siswa. Buku dan materi berupa rekaman data memberi informasi kepada siswa tentang beragamperaturan dan solusi, namu keduanya tidak dapat menganalisis kesalahan yang dibuat siswa, serta tidak dapat beraksi terhadap kesalahan tertentu, mengarahkannya, dan hanya mengoreksi jawaban.

Pada aplikasi tertentu, komputer dapat bertindak sebagai tutor, menyediakan materi, memandu siswa bagaimana mempelajari materi, dan memberikan informasi serta penjelasan yang lebih komprehensif. Manfaat lain adalah komputer dapat menjadi buku referensi yang sangat efektif dan efisien. Komputer juga dapat digunakan untuk berkomunikasi secara visual dengan siswa.

Jelaslah bahwa komputer sebagai media pembelajaran, sangatlah mungkin menjadi partner guru dan siswa dalam kegian belajar mengajar jika seorang guru dapat mengoperasikan media tersebut. Kembali pada tulisan Hartoyo sebelumnya bahwa komputer hanyalah alat atau media dan sepenuhnya tergantung penggunanya. Oleh sebab itu, pengajaran konvensional akan lebih terbantu jika seorang guru mampu menggunakan media ini menjadi teman dalam pengajarannya.



E. Simpulan, Rekomendasi, dan Saran

1) Simpulan

Dalam kasus pengajaran yang diangkat pada latar belakang di atas, penulis berkesimpulan bahwa permasalahan yang terjadi adalah bahwa kebanyakan guru di Sekolah Dasar masih sangat kurang memanfaatkan media pembelajaran khusunya TIK. Permasalahannya bukan karena ketidak adaan media di sekolah tersebut, akan tetapi ketidaktahuan dan ketidakmampuan guru dalam mengoperasikan media TIK tersebut. Selain itu, guru yang mampu mengoperasikan media TIK tersebut dinilai masih terbiasa dengan cara mengajar konvensional dan ada kecenderungan rasa malas untuk mempersiapkan media-media tersebut di dalam kelas.

2) Rekomendasi

- Pengajaran dengan media TIK sangat efektif dan efisien dalam pembelajaran yang biasanya menjenuhkan. Pengajaran dengan media TIK diharapkan memudahkan guru dan siswa dalm menyampaikan dan menerima materi yang diharapakan kurikulum.

- Pengajaran dengan media TIK dinilai dapat memberikan variasi dan menimbulkan ketertarikan atau minat siswa dalam suatu pembelajaran.

3) Saran

Pada kesempatan ini, penulis berharap dapat memberikan suatu masukan dan mengajak semua guru atau tenaga pengajar untuk lebih kreatif dan inovatif dalam pemberian materi ajar dengan menggunakan media TIK. Kedua, sebaiknya guru yang sudah senior, dalam hal ini guru yang sudah berumur, sebaiknya tidak kalah dengan guru-guru muda dalam hal pengaplikasian media TIK dalam pengajaran. Ketiga, peran kepala sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan haruslah lebih berpikir modern terlebih di zaman globalisasi seperti sekarang ini yang menuntut seseorang untuk menggunakan teknologi sebagai alat bantunya.





DAFTAR PUSTAKA

Arsyad. 2002. Dalam Nurita Putri Web. Blog

Hartoyo. 2010. Teknologi Informasi dan Komunikasi. Semarang: Pelita Insani.

Pelatihan dan Sosialisasi Web Sekolah di Jawa Barat, 2010, Suara Daerah 6 (466) 2010: 31.









Sumber blog : https://dwisampurnakurniawan.files.wordpress.com/2011/.../tik-uas-dwi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar