Sabtu, 06 Juni 2015

TEORI STRUKTURALISME MURNI







BAB I


PENDAHULUAN










1.1 Latar Belakang



Sebagai salah satu bentuk fenomena , kebenaran ilmu pengetahuan tentu tidaklah bersifat mutlak. Ilmu pengetahuan bukanlah wahyu Tuhan yang kebenarannya tidak dapat ditawar-tawar lagi. Teori sastra adalah bagian dari ilmu pengetahuan yang kebenarannya tidak bersifat mutlak itu. Oleh karena itu, selalu tersedia ruang kosong dari setiap teori sastra yang dapat diisi oleh siapa pun yang mempelajarinya. Ruang kosong itu terbuka bagi setiap orang untuk mengkritisi teori yang dipelajarinya.



Banyak aspek yang dapat dikritis dari sebuah teori sastra. Salah satu dari aspek tersebut adalah apa yang menjadi kelemahan dari teori sastra tersebut dalam tugasnya sebagai alat untuk menelaah karya sastra. Dalam hubungan dengan kajian atau analisis karya sastra, sebuah teori sastra adalah sebuah "pisau bedah" yang digunakan untuk "mengoperasi" karya sastra tersebut. Tidak setiap pisau bedah cocok untuk digunakan dalam setiap operasi pembedahan. Di samping tergantung dari anatomi tubuh manusia yang akan dioperasinya, juga tergantung dari jenis penyakitnya.



Demikian pula halnya dengan teori sastra. Tidak sembarang teori sastra dapat digunakan untuk menganalisis karya sastra. Lebih tepatnya, tidak sembarang teori sastra dapat digunakan untuk mencapai tujuan dari analisis yang dilakukan terhadap karya sastra tersebut. Pilihan teori sastra sebagai pisau bedah analisis tergantung dari tujuan yang hendak dicapai dari analisis karya sastra tersebut. Namun, sesuai dengan kedudukannya sebagai salah satu bentuk fenomena dalam definisi Imannuel Kant, teori sastra sebagai pisau bedah memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing. Kelemahan (atau kekurangan) dari masing-masing teori sastra dalam fungsinya sebagai alat analisis karya sastra itulah yang menjadi perhatian penulis untuk disajikan dalam kertas-tugas ini.





1.2 Rumusan Masalah



Dari permasalahan yang penyusun angkat, dapat dirumuskan masalah sebagai


berikut :


1. Apa yang dimaksud dengan teori sastra strukturalisme?


2. Siapakah tokoh yang turut berperan dalam pembentukan teori strukturalisme?


3. Bagaimanakah perkembangan teori strukturalisme di dunia?


4. Bagaimanakah pendekatan, konsep dan asumsi mengenai strukturalisme?


5. Apa sajakah kelebihan, kelemahan dan manfaat teori strukturalisme?


6. Bagaimanakah langkah kerja seorang peneliti dengan menggunakan teori strukturalisme?


7. Bagaimanakah analisis strukturalisme itu diterapkan dalam karya sastra?










1.3 Tujuan Penulisan



Tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Sastra sekaligus sebagai pembelajaran yang nerupakan salah satu bahan presentase.







1.4 Manfaat Penulisan



Manfaat dari penulisan ini diharapkan semua mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia mampu dalam menentukkan makna dari sebuah cerita fiksi dan mampu mengetahui teori apa sajakah yang ada didalam cerita tersebut.











BAB II


PEMBAHASAN


A. PENGERTIAN STRUKTURALISME MURNI


v Secara Etimologis struktur berasal dari kata Structure, bahasa latin yang berarti bentuk atau bangunan, (kata benda).


v Jadi Strukturalisme Murni adalah salah satu pendekatan dalam kajian sastra yang menganggap karya sastra sebagai sebuah bangunan yang dibangun oleh komponen atau unsur yang membangunnya.


v Unsur yang dimaksud adalah unsur intrinsik, yaitu tema, plot, setting, tokoh, gaya bahasa, sudut pandang dan judul.






B. PENDEKATAN, TEORI DAN ASUMSI STRUKTURALISME MURNI


Pendekatan strukturalisme murni biasa disebut juga dengan pendekatan objektif yakni pendekatan penelitiaan sastra yang mendasarkan pada karya sastra tersebut. Secara keseluruhan (otonom). Pendekatannya dilihat dari eksistensi sastra itu sendiri berdasarkan konvensi sastra yang berlaku, konvensi tersebut adalah aspek-aspek instriktik karya sastra yang meliputi di dalamnya kebulatan makna, diksi, rima, struktur kalimat, tema, plot,setting, karakter, dan lainnya. Yang jelas penilaian yang diberikan diihat dari sejauh mana kekuatan atau nilai karya sastra tersebut berdasarkan keharmonisan semua unsur-unsur pembentuknya tadi.


Teori strukturalisme murni . Menurut Jean Veaget ada tiga dasar konsep strukturalisme murni :


1. Gagasan keseluruhan (wholness) yang artinya bahwa bagian atau unsurnya menyesuaikan diri dengan seperangkat kaidah intrinsik yang menentukan baik keseluruhan struktur maupun bagian-bagiannya. Maksudnya adalah setiap unsur dari karya sastra harus sesuai dengan kaidah intrinsik.


2. Gagasan transformasi (transformation), struktur itu menyaggupi prosedur transformasi yang terus menerus memungkinkan pembentukan bahan bahan baru. Dari keterangan di atas, maka karya sastra akan mengalami perubahan-perubahan yaitu mulai dari karakter, latar, penambahan peristiwa dan lain sebagainya.


3. Gagasan keteraturan yang mandiri (self regulation) yaitu tidak memerlukan hal-hal di luar dirinya untuk mempertahankan prosedur transformasinya, struktur itu otonom terhadap rujukan sistem lain. Jadi karya sastra itu mandiri, tidak ditentukan pembacanya, pengarangnya dan lain-lain, karna karya sastra mampu mengatur dirinya sendiri. Jadi karya sastra dalam hal ini tidak bisa diganggu gugat oleh orang lain.


Asumsi karya sastra berdasarkan teori strukturalisme murni karya sastra di pandang dari aspek dalamnya saja yakni konsep bentuk dan isinya saja. Sebagaimana yang di kemukakan oleh Ferdinand de Sausere yang intinya berkaitan dengan konsep Sign dan Meaning (bentuk dan isi) atau seperti yang dikemukakan oleh Luxemburg sebagai signifiant-signifei dan paradigm-syntagma. Pengertiaannya adalah tanda atau bentuk bahasa merupakan unsur pemberi arti dan yang di artikan. Dari dua unsur itulah ditemukan sebuah realitas yang saling berkaitan. Karena itu untuk memberi makna yang tertuang dalam karya sastra, penela’ah harus bisa mencarinya berdasarkan telaah struktur yang dalam hal ini terrefleksi melalui unsur bahasa.


Jadi, ide dasar strukturalisme adalah menolak kaum mimetik(menganggap karya satra sebagai tiruan kenyataan), teori ekspresif (menganggap karya sastra sebagai ungkapan dan perasaan pengarang), dan menentang assumsi bahwa karya sastra sebagai media komunikasi antara pengarang dan pembaca.






C. KELEBIHAN, KELEMAHAN DAN MANFAAT STRUKTURALISME MURNI


v Kelebihan dari teori strukturalisme murni adalah sebagai berikut :


1. Kelebihan teori ini terletak pada analisisnya yang sangat tajam, renik dan detail


v Kelemahan dari teori strukturaalisme murni adalah sebagai berikut :


1. Kelemahan teori ini adalah melepaskan Karya Sastra dari konteks sosial budaya dan historisnya. Padahal sosial budaya dan historisnya adalah isinya sedangkan unsur intrinsiknya hanyalah sebuah kerangkanya saja.


2. Karya sastra diasingkan dari konteks dan fungsinya sehingga sastra kehilangan relevensi sosialnya, tercabutnya dari sejarah, dan terpisah dari permasalahan manusia.






v Manfaat dari teori strukturalisme murni adalah sebagi berikut :


1. Teori stukturalisme murni hampir seluruh bidang kehidupan manusia baik itu dalam laju perkembangan IPTEK, dalam menunjang sarana pra sarana penelitian secara global, dan dalam bidang sastra memicu berkembangnya genre sastra dan lainnya.


2. Menumbuhkan prinsip antar hubungan baik itu hubungan masyarakat dengan sastra, minat mayarakat terhadap penelitaan inter disipliner, memberi pengaruh terhadap berkembangnya teori sastra.


3. Dianggap sebagai salah satu teori modern yang berhasil membawa manusia pada pemahaman yang maksimal.


4. Penelitian strukturalisme dipandang lebih objektif karena hanya berdasarkan sastra itu sendiri. Penekanan strukturalisme memandang karya sastra sebagai teks mandiri. Keindahan teks sastra bergantung penggunaan bahasa yang khas dan relasi antar unsur yang mapan.


5. Peneliti strukturalisme mengandalakan pendekatan egosentrik yaitu pendekatan penelitian yang berpusat pada teks itu sendiri.






D. LANGKAH KERJA


Langkah yang perlu dilakukan seorang peneliti struktural adalah sebagai berikut:


a. Membangun teori struktur sastra sesuai dengan genre yang diteliti.


b. Peneliti melakukan pembacaan sastra cermat, mencatat unsur-unsur struktur yang terkandung dalam bacaan itu.


c. Unsur tema, sebaiknya dilakkan terlebih dahulu sebelum membahas unsur lain, karena tema akan selalu terkait langsung secara komprehensif dengan unsur lain.


d. Setelah menganalisis tema, baru analisis alur, konflik, sudut pandang, gaya, setting, dan sebagainya andaikata berupa prosa.


e. Yang harus diingat, semua penafsiran unsur-unsur harus dihubungkan dengan unsur lain, sehingga mewujudkan kepaduan makna struktur.


f. Penafsiran harus dilakukan dalam kesadaran penuh akan pentingnya keterkaitan antar unsur. Analisis yang meninggalkan kepaduan struktur, akan bias dan menghasilkan makna yang mentah.


Secara ringkas, metode analisisnya yaitu :


1. Diawali dengan menganalisis unsur intrinsik sampai sedetail-detailnya.


2. Dilanjutkan dengan mencari hubungan setiap unsur dengan setiap unsur lainnya dan mencari hubungan setiap unsur dengan keseluruhan unsurnya.






E. TOKOH STRUKTURALISME


1. FERDINAND DE SAUSSURE


Sebagai penemu struktur bahasa, ia berargumen dengan melawan para sejarawan yang menang dalam pendekatan filologi. Dia mengajukan pendekatan ilmiah yang didekati dari sistem, terdiri dari elemen dan peraturannya dalam pembuatannya yang bertujuan menolong komunikasi dalam masyarakat. (Soeparno ; Dasar-Dasar Linguistik Umum, 2002, hlm. 15)






2. LEVI STRAUSS


Metode staruss adalah anthropologi dan linguistik secara serempak. Unsur-unsur yang digelutinya adalah mengenai mitos, adat istiadat dan masyarakatnya sendiri. Dalam proses analisisnya, manusia kemudian dipandang sebagai suatu porsi dari struktur, yang tidak dikonstitusikan oleh analisis itu, melainkan dilarutkan dengan analisis. Perubahan penekanan dari manusia ke struktur merupakan ciri umum pemikiran strukturalis. (Heddy Shri Ahimsa-Putra ; Strukturalisme Levi-Strauss Mitos dan Karya Sastra, 2001, hlm 23)














3. JAN MUKAROV SKY


Memperkenalkan konsep kembar artefakta-objek-estetik. Sastra dianggap sebagai sebuah fakta semiotik yang tetap. Teks-teks sastra dianggap sebagai suatu tanda majemuk dalam konteks luas yang meliputi sistem-sistem sastra dan sosial.






4. ROLAND BARTHES & JULIA KRIATEVA (STRUKTURALISME PRANCIS)


Mengembangkan seni penafsiran sturuktural berdasarkan kode-kode bahasa teks sastra. Melalui kode bahasa itu diungkapkan kode-kode retorika, psikoanalitis, sosiokultural. Mereka menekankan bahwa sebuah karya sastra haruslah dipandang secara otonom. Puisi khususnya dan sastra umumnya harus diteliti secara objektif (yakni aspek instrinsiknya). Keindahan sastra terletak pada penggunaan bahasanya yang khas yang mengandung efek-efek estetik. Aspek-aspek ekstrinsik seperti ideologi, moral, sosiokultural, psikologi dan agama tidaklah indah pada dirinya sendiri melainkan karena dituangkan dalam cara tertetu melalui sarana bahasa puitik.






G. Contoh analisis Karya Sastra menggunakan Teori Strukturalisme Murni


1. ANILISIS PADA SAJAK


AKU


Karya Chairil Anwar


Kalau sampai waktuku


Ku mau tak seorang kan merayu


Tidak juga kau


Tak perlu sedu sedan itu


Aku ini binatang jalang


Dari kumpulannya terbuang


Biar peluru menembus kulitku


Aku tetap meradang menerjang


Luka dan bisa kubawa berlari


Berlari


Hingga hilang pedih perih


Dan aku akan lebih tidak perrduli


Aku mau hidup seribu tahun lagi






(DCD, 1959;7)


Hasil Analisis


Secara struktural, dengan melihat hubungan antar unsur-unsurnya dan keseluruhannya juga berdasarkan kiasan-kiasan yang terdapat didalamnya, maka dapat ditafsirkan bahwa dalam sajak ini dikemukakan ide kepribadian bahwa orang ituharus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri: “ Ku mau tak seorang kan merayu (bersedih)”. Orang lain hendaknya jangan campur tangan akan nasibnya, baik dalam suka maupun duka, maka “Tak perlu sedu sedan itu”.


Semua masalah pribadi itu urusan sendiri. Dikemukakan secara ekstrim bahwa Si Aku itu orang yang sebebas-bebasnya (sebagai “Binatang jalang”), tak mau dibatasioleh aturan-aturan yang mengikat.dengan penuh semangat Si Aku akan menghadapi segala rintangan (“tembusan peluru”, “bisa dan luka”) dengan kebebasannya yang mutlak itu.


Makin banyak rintangan, makin tak memperduli-kannya. Sebab, hanya dengan demikian, ia akan dapat berkarya yang bermutu sehingga pikiran dan semangatnya itu dapat hidup selama-lamanya, jauh melebihi umur manusia. “Aku mau hidup serribu tahun lagi”, berdasar konteksnya kalimat itu harus ditafsirkan sebagai kiasan bahwa yang hidup seribu tahun adalah semangatnya,bukan fisiknya. Begitulah analisis strukturalisme.














G. DAFTAR PUSTAKA


Soeparno . 2002. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Yogyakarta: PT Tiara Wacana.


Shri Ahimsa-Putra , Heddy. 2001. Strukturalisme Levi-Strauss Mitos dan Karya Sastra.


Wellek, Rene dan Warren, Austin. 1989. Teori Kesusastraan.Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia.






REFERENSI LAIN


Tulisan ini merupakan Bab VI dalam buku


Studi Sastra Lisan: Sejarah, Teori, Metode dan Pendekatan, Disertai dengan Contoh Penerapannya.


(Penerbit Lamalera: Yogyakarta, 2011: 159-193).






3 komentar: