PROSES MORFOLOGIS
A. Menurut Prof. Drs.M. Ramlan
Proses Morfologis adalah proses pembentukan kata-kata dari satuan lainn yang merupakan bentuk dasarnya. Bentuk dasarnya itu bisa berupa kata, frase, kata dan kata, dan mungkin juga berupa pokok kata dan pokok kata.
B. Macam-macam Proses Morfologis
Menurut Ramlan, proses morfologis ada tiga macam yaitu proses pembubuhan afiks, proses pengulangan, dan proses pemajemukan. Namun, disamping ketiga proses itu, dalam bahasa Indonesia sebenarnya masih ada satu lagi proses morfologis yaitu proses perubahan zero.
Proses perubahan zero hanya meliputi sejumlah kata tertentu, yaitu kata makan, minum, minta dan mohon, yang semuanya termasuk golongan kata verbal yang transitif.
Kata verbal transitif ialah kata verbal yang dapat diikuti obyek dan sudah tentu dapat diubah menjadi kata verbal pasif :
membeli => dibeli
memperbaiki => diperbaiki
memperindah => diperindah
mempertemukan => dipertemukan
melebarkan => dilebarkan
memperbesar => diperbesar
menjahit => dijahit
mengarang => dikarang
membangun => dibangun
Kata verbal golongan ini ditandai dengan adanya afiks meN- seperti kelihatan pada kata-kata verbal di atas. Kata-kata makan, minum, minta, dan mohon juga termasuk golongan kata verbal yang transitif karena kata-kata ini dapat diikuti obyek, dan juga dapat dipasifkan :
makan => dimakan
minum => diminum
minta => diminta
mohon => dimohon
Tetapi sebagai kata verbal yang transitif, kata-kata tersebut tidak ditandai dengan afiks meN-, misalnya :

Kata makan (bentuk dasar) menjadi kata makan (verba transitif) tanpa ada afiks meN- maka disebut perubahan zero, yang sebenarnya perubahan kosong atau tidak ada perubahan. Prosesnya disebut proses perubahan zero.
C. Proses Pembubuhan Afiks
Proses pembubuhan afiks adalah pembubuhan afiks pada sesuatu satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata.
Afiks
Kata Dasar
Kata Bentukan
ber-
jalan, susah payah, gerilya
berjalan, bersusah payah, bergerilya
men-
tulis, kenai, baca
menulis, mengenai, membaca
Selain itu, ada juga afiks yang tidak membentuk kata, melainkan membentuk pokok kata, yaitu afiks per-, -kan, dan -i.
Afiks
Kata Dasar
Pokok Kata
per-
besar, dalam, cantik
perbesar, perdalam, percantik
-kan
baca, bangun, bawa
bacakan, bangunkan, bawakan
-i
duduk, tanam, pukul
duduki, tanami, pukuli
Satuan yang dilekati afiks atau yang menjadi dasar pembentukan bagi satuan yang lebih besar itu disebut bentuk dasar.
Kata
Bentuk Dasar
berjalan, bersusah payah, berperikemanusiaan,
jalan, susah payah, perikemanusiaan
berkemimpinan, berpakaian, berumah
Kemimpinan, pakaian, rumah
C.1. Afiks
Afiks adalah suatu satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata lain untuk membentuk kata baru.
Misalnya kata minuman terdiri dari dua unsur yaitu minum (kata) dan -an yang merupakan afiks, karena -an mampu melekat pada stuan satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru.
Setiap afiks merupakan satuan terikat, artinya dalam tuturan biasa tidak dapat berdiri sendiri, dan secara gramatik selalu melekat pada satuan lain.
Morfem
Kata Bentukan
Afiks
Alasan
di-
di rumah, di taman, di ruang, di kantor
bukan afiks
bersifat bebas
di-
dipukul, dibaca, dibeli, dikelola,
afiks
terikat
ke-
ke toko, ke kamar, ke kantin, ke pasar
bukan afiks
bersifat bebas
ke-
kehendak, kekasih, kedua, ketua
afiks
terikat
-nya
rupanya, agaknya, kiranya
afiks
Hubungan dengan arti leksikalnya sudah terputus
-nya
bukunya, rambutnya, sepatunya
bukan afiks
termasuk klitik
ku, mu, nya, kau, dan isme
Bukuku, sepedamu, kepalanya, kata kau, nasionalisme
bukan afiks
termasuk klitik, karena masih memiliki makna leksikal.
Macam-macam afiks dalam bahasa Indonesia yaitu,
Prefiks
Infiks
Sufiks
meN-, ber-, di-, ter-, peN-, pe-, se-, per-, pra-, ke-, a-, maha-, para-
-el-, -er-, -em-
-kan, -an, -i, -nya, -wan, -wati, -is, -man, -da, -wi
CONTOH
CONTOH
CONTOH
mencuci, bermain, dimakan, terminum, pendidik, peminum, semalam, peternak, prasejarah, kemakan, amoral, mahakuasa,
geletar, gerigi, gemetar
tawarkan, makanan, cintai, rupanya, wartawan, karyawati, teroris, seniman,
Selain ketiga macam afiks di atas, masih ada lagi satu bentuk afiks yaitu simulfiks, yaitu afiks yang terletak di depan dan belakang bentuk dasar.
Simulfiks ada beberapa macam, yaitu peN-an (penjahitan), pe-an (penanaman), per-an (perbintangan), ber-an (berlarian), ke-an (kekanakan), se-nya (sebesarnya), meN-kan (menyanyikan), meN-i (menyayangi).
C.2. Afiks Asli dan Afiks dari Bahasa Asing
Dari afiks-afiks diatas ternyata beberapa diataranya berasal dari bahasa asing yaitu pra-, a-, -wan, -wati, -is, -man, dan -wi.
Namun satuan -in dan -at pada kata mmuslimin dan muslimat yang merupakan afiks dalam bahasa arab belum digolongkan menjadi afiks dalam bahasa indonesia, karena afiks tersebut belum mampu keluar dari lingungannya dan belum sangup melekat pada satuan lain yang bukan berasal dari bahasa arab.
C.3. Afiks yang Produktif dan Afiks yang Improduktif
Afiks yang produktif adalah afiks yang hidup, memiliki kesanggupan yang besar untuk melekat pada kata-kata atau morfem-morfem. Afiks yang improduktim adalah afiks yang sudah usang, yang distribusinya terbatas pada beberapa kata, yang tidak lagi membentuk kata-kata baru.
Contoh afiks produktif yang berasal dari bahasa asing yaitu afiks -wan, bangsawan, hartawan, jutawan, dermawan, sejarahwan, negarawan, bahasawan, tatabahasawan, sukarelawan, karyawan, usahawan. Contoh afiks per-an yaitu perkoperasian, perbankan, pertokoan, perkebunan. Contoh afiks peN- an yaitu pemikiran, penghijauan, pembangunan, pengembalian, pengawetan. Contoh afiks ke-an yaitu keadilan, kewargaan, kepergian, kebersihan.
Contoh afiks improduktif misalnya afiks-man hanya terdapat pada kata seniman dan budiman. Afiks -el- , -er-, dan-em- hanya terdapat pada kata gemetar, geletar, gerigi, gerenyut, gemuruh, temali, seruling. Sedangkan sfiks -da hanya terdapat pada kata yang menyatakan hubungan kekeluargaan misal adinda, kakanda, ayahanda, nenenda, pamanda
Yang tergolong afiks produktif
Prefiks
Infiks
Sufiks
Simulfiks
meN-, ber-, di-, ter-, peN-, pe-, se-, per-, ke-, maha-, para-
-
-kan, -an, -i, -wan
ke-an, peN-an, per-an, ber-an, se-nya
Yang tergolong afiks improduktif
Prefiks
Infiks
Sufiks
Simulfiks
pra-, a-,
-el-, -em-, -er-
-wati, -is, -man, -da, -wi
-
D. Proses Pengulangan
Proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak hasil pengulangan disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar. Misalnya kata ulang rumah-rumah dari bentuk dasar rumah, kata ulang perumahan-perumahan dari bentuk dasar perumahan, kata ulang berjalan-jalan dibentuk dari bentuk dasar berjalan, kata ulang bolak-balik dibentuk dari bentuk balik.
Setiap kata ulang sudah tentu memiliki bentuk dasar. Kata-kata seperti sia-sia, alun-alun, mondar-mandir, compang-camping, huru-hara, dalam tinjauan deskriktif tidak dapat digolongkan kata ulang karena sebenarnya tidak ada satuan yang diulang, dari deretan morfologik dapat ditentukan bahwa sesungguhnya tidak ada satuan yang lebih kecil dari kata-kata tersebut.
D.1. Menentukan Bentuk Dasar Kata Ulang
Bentuk dasar adalah satuan yang diulang. Untuk menentukan bentuk dasar dalam kata ulang dapat dilakukan dengan menggunakan dua petunjuk, yaitu :
1. Pengulangan pada umumnya tidak mengubah golongan kata.
Dengan petunjuk ini, dapat ditentukan bahwa bentuk dasar bagi kata ulang yang termasuk golongan kata nominal berupa kata nominal, bentuk dasar bagi kata ulang yang termasuk golongan kata verbal, baik kata kerja maupun kata sifat, berupa kata verbal, dan bentuk dasar bagi kata ulang yang termasuk golongan kata bilangan juga berupa kata bilangan.
Misalnya berkata-kata (kata kerja) : bentuk dasarnya adalah berkata (kata kerja)
2. Bentuk dasar selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa.
Misalnya kata ulang mempertahankan bentuk dasarnya bukan mempertahan tetapi mempertahankan, karena mempertahan tidak terdapat dalam pemakaian bahasa
D.2. Macam-macam Pengulangan
Berdasarkan cara mengulangbentuk dasarnya, pengulangan dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu:
1. Pengulangan Seluruh
Pengulangan seluruh adalah pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
Misalnya: sepeda => sepeda-sepeda
buku => buku-buku
2. Pengulangan Sebagian
Penguulangan sebagian adalah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Hampir semua bentuk dasar dari penggolongan ini berupa bentuk kompleks, yang berupa bentuk tunggal hanyalah lelaki yang dibentuk dari bentuk dasar laki, tetamu yang dibentuk dari bentuk dasar tamu.
Apabila bentuk dasar itu berupa bentuk kompleks, kemungkinan bentuknta sebagai berikut:
a. Bentuk meN-, misalnya :
mengambil => mengambil-ambil
membaca => membaca-baca
menjalankan => menjalan-jalankan
b. Bentuk di-, misalnya :
diusai => diusai-usai
disodorkan => disodor-sodorkan
ditanami => ditanam-tanami
c. Bentuk ber-, misalnya :
berjalan => berjalan-jalan
bertemu => bertemu-temu
bersiap => bersiap-siap
d. Bentuk ter-, misalnya :
terbentuk => terbentuk-bentuk
tergoncang => tergoncang-goncang
terbalik => terbalik-balik
e. Bentuk ber-an, misalnya :
berlarian => berlari-larian
berhamburan => berhambur-hamburan
berjauhan => berjauh-jauhan
f. Bentuk -an, misalnya :
minuman => minum-minuman
makanan => makan-makanan
tumbuhan => tumbuh-tumbuhan
g. Bentuk ke-, misalnya :
kedua => kedua-dua
ketiga => ketiga-tiga
keempat => keempat-empat
3. Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks
Dalam golongan ini, bentuk dasar diulang seluruhnya dan berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, pengulangan itu terjadi bersama-sama pula mendukung satu fungsi. Misalnya kata ulang kereta-keretaan, anak-anakan, rumah-rumahan, kehitam-hitaman, keputih-putihan,setinggi-tingginya, dan sedalam-dalamnya.
4. Pengulangan dengan perubahan fonem
Kata ulang yang pengulangannya termasuk golongan ini sebenarnya sangat sedikit. Perubahan fonem itu terjadi pada fonem vokal, contohnya :
balik => bolak-balik “fonem /a/ menjadi /o/ dan /i/ menjadi /a/”
gerak => gerak-gerik “ fonem /a/ menjadi /i/”
robek => robak-rabik “ fonem /e/ menjadi /a/, /o/ menjadi /a/,/e/ menjadi /i/”
Selain fonem vokal, ada juga pengulangan yang mengubah fonem konsonan, yaitu :
Lauk => lauk-pauk “ fonem /l/ menjadi /p/”
Ramah => ramah-tamah “ fonem /r/ menjadi /t/”
Sayur => sayur-mayur “ fonem /s/ menjadi /m/”
E. Proses Pemajemukan
Kata majemuk adalah gabungan dua kata yang menimbulkan suatu kata baru, atau bisa juga diartikan sebagai kata yang terjadi dari dua kata sebagai unsurnya.
Misalnya : meja makan, rumah sakit, mata kaki, daya tahan, kamar tunggu, jual beli.
E.1. Ciri-ciri Kata Majemuk
1. Salah satu atau semua unsurnya berupa pokok kata
Pokok kata yang dimaksud adalah satuan gramatik yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa dan secara gramatik tidak memiliki sifat bebas, yang dapat dijadikan bentuk dasar bagi satuan kata. Misalnya : juang, temu, alir, tempur, dan lain-lain.
2. Unsur-unsurnya tidak mungkin dipisahkan, atau tidak mungkin diubah strukturnya
Misalnya : kata orang mandi dan kamar mandi, dari kedua kata ini yang termasuk kata majemuk adalah kata kamar mandi, karena kata orang mandi bisa dipisah atau pun disisipi dengan kata itu, sedang, sudah maupun akan.
E.2. Kata Majemuk dengan Unsur yang Berupa Morfem Unik
Morfem unik adalah morfem yang hanya mampu berkombinasi dengan satu satuan tertentu. Misalnya : simpang siur (siur), sunyi senyap (senyap), gelap gulita (gulita), terang benderang (benderang).
PROSES MORFOLOGIS
A. Menurut Abdul Chaer
Prose morfologis adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan affiks, pengulangan, penggabungan, pemendekan, dan pengubahan status. Proses morfologi melibatkan empat komponen, yaitu : bentuk dasar, alat pembentuk, makna gramatikal, dan hasil proses pembentukan.
B. Bentuk Dasar
Bentuk dasar adalah bentuk yang kepadanya dilakukan proses morfologi itu. Bentuk dasar dapat berupa akar seperti baca, pahat, dan juang pada kata membaca, memahat, dan berjuang. Selain itu, bentuk dasar juga bisa berupa bentuk polimorfemis, seperti bentuk bermakna, berlari, dan jual beli dalam kata kebermaknaan, berlari-lari, dan berjual beli. Bentuk dasar dari pelajar adalah belajar, dan bentuk dasar dari pengajar adalah mengajar, karena makna gramatikal dari pelajar adalah orang yang belajar, sedangkan makna gramatikal dari pengajar adalah orang yang mengajar.
C. Pembentuk Kata
Komponen kedua dalam proses morfologis adalah alat pembentuk kata, yaitu afiks (proses afiksasi), pengulangan (proses reduplikasi), penggabungan (proses komposisi), dan pemendekan (proses konversi).
C.1. Alat Pembentuk Afiks (Proses Afiksasi)
Dalam proses afiksasi sebuah afiks diimbuhkan pada bentuk dasar, sehingga hasilnya menjadi sebuah kata. Afiks dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :
a. Prefiksasi
Prefiks yaitu proses pembubuhan prefiks, proses ini dilakukan oleh prefiks ber-, me-, di-, ter-, ke-, dan se-.
b. Konfiksasi
Konfiksasi yaitu proses pembubuhan konfiks, proses ini dilakukan oleh konfiks pe-an, per-an, ke-an, se-nya, dan ber-an.
c. Sufiksasi
Sufiksasi adalah proses pembubuhan sufiks, proses ini dilakukan oleh sufiks -an, -kan, dan -i.
d. Infiksasi
Infiksasi adalah proses pembubuhan infiks, proses ini dilkukan oleh infiks -el-, -em-, dan -er-.
C.2. Alat Pembentuk Pengulangan (Proses Reduplikasi)
Proses reduplikasi adalah pengulangan bentuk dasar. Hasil dari proses reduplikasi disebut kata ulang. Pengulangan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pengulangan secara utuh, pengulangan dengan pengubahan bunyi vokal maupun konsonan, dan pengulangan sebagian.
C.3. Alat Pembentuk Penggabungan (Proses Komposisi)
Proses komposisi adalah penggabungan sebuah bentuk pada bentuk dasar. Proses ini juga banyak digunakan dalam pembentukan kata, misal kata merah, menjadi merah darah, merah jambu, merah marun, dan merah bata.
C.4. Alat Pembentuk Abreviasi (Proses Akronimisasi)
Disebut abreviasi khusus karena semua abreviasi menghasilkan akronim. Abreviasi dari bentuk Sekolah Menengah Atas adalah SMA (bukan akronim), tetapi abreviasi dari bentuk Jakarta Bogor Ciawi adalah Jagorawi (akronim)
C.5. Alat Pembentuk Kata Pengubahan Status (Proses Konversi)
Alat kelima dalam pembentukan kata adalah pengubahan status dalam proses yang disebut konversi. Misalnya, bentuk gunting yang berstatus nomina dalam kalimat “gunting ini terbuat dari baja”, dapat berubah statusnya menjadi bentuk yang berstatus verba, yaitu pada kalimat “gunting dulu kertasnya, baru kamu lem”.
D. Hasil Proses Pembentukan
Proses pembentukan kata mempunyai dua hasil yaitu bentuk dan makna gramatikal. Keduanya memiliki kaitan yang amat erat yaitu bentuk merupakan wujud fisiknya dan makna gramatikal merupakan isi dari wujud fisik.
Wujud fisik dari hasil proses afiksasi disebut kata berafiks (kata berimbuhan, turunan atau kata terbitan), dari proses reduplikasi disebut kata ulang (bentuk ulang), dari proses komposisi disebut kata gabung (gabungan kata, kelompok kata, atau kata majemuk).
E. Makna Gramatikal
Makna gramatikal berbeda dengan makna leksikal, makna gramatikal baru muncul ketika sudah dalam proses gramatika, baik proses morfologis maupun sintaksis. Setiap makna gramatikal dari suatu proses morfologi akan menampakkan makna/bentuk dasarnya.
TAHAP PEMBENTUKAN
1.) Pembentukan Setahap
Pembentukan setahap terjadi kalau bentuk dasarnya berupa akar atau morfem dasar baik bebas maupun terikat.
me- + beli => membeli
ber- + air => berair
2.) Pembentukan Bertahap
Pembentukan bertahap terjadi kalau bentuk dasar yang mengalami proses morfologi itu berupa bentuk polimorfemis yang sudah menjadi kata, baik kata berimbuhan, berulang, maupun kata gabung. Pembentukan tahap ini terjadi pada bentuk dasar yang sudah merupakan hasil dari proses pembentukan sebelumnya.
ber- + pakaian => berpakaian
Mem- + berlakukan => memberlakukan
Dalam pembentukan bertahap banyak terjadi dalam kombinasi proses, antara afiksasi dengan reduplikasi, antara reduplikasi dengan afiksasi, antara komposisi dengan komposisi, antara komposisi dengan afiksasi, dan antara komposisi dengan reduplikasi.
3.) Pembentukan Kata yang Prosesnya Melalui Bentuk Perantara
Misalnya dalam kata pengajar dan pelajar.




BENTUK INFLEKTIF DAN DERIVATIF
Dalam pembentukan kata inflektif identitas leksikal kata yang dihasilkan sama dengan identitas leksikal bentuk dasarnya. Sedangkan dalam pembentukan kata derivatif identitas bentuk yang dihasilkan tidak sama dengan identitas leksikal bentuk dasarnya.
Kasus inflektif dalam bahasa Indonesia hanya terdapat dalam pembentukan verba transitif (prefiks me- untuk verba transitif aktif, dengan prefiks di- untuk verba transitif pasif tindakan, dengan prefiks ter- untuk verb transitif pasif keadaan, dan dengan prefiks zero untuk verba interaktif).
Bentuk dasarnya dapat berupa :
(1) Pangkal verba akar yang memiliki komponen makna, seperti baca, beli, dan tulis
(2) Pangkal bersufiks -kan, seperti selipkan, daratkan, dan lewatkan
(3) Pangkal bersufiks -i, seperti lalui, tangisi, dan nasehati
(4) Pangkal berprefiks per-, seperti perpanjang, perluas, dan pertinggi
(5) Pangkal berkonfiks per-kan, seperti persembahkan, pertemukan, dan pertukarkan
(6) Pangkal berkonfiks per-i, seperti perbaiki, berbarui, dan persenjatai.
Keenam tipe pangkal itu dapat diberi afiks me-, di-, ter-, dan zero.
Berhubungan dengan verba inflektif, ada catatan penting :
Pertama, di samping adanya prefiks me-inflektif (me-1), prefiks di-inflektif (di-1), dan prefiks ter-inflektif (ter-1), ada juga prefiks me-derivatif (me-2), prefiks di-derivatif (di-2), dan ter-derivatif (ter-2).
Indikator untuk mengenal verba derivatif adalah bahwa prefiks me- pada kata itu tidak dapat diganti dengan prefiks di- maupun prefiks ter-. Sedangkan pada verba inflektif, prefiks me- yang dimiliki dapat dipertukarkan dengan prefiks di- tau ter-.
Kedua, prefiks di-inflektif dapat ditukar dengan pronomina persona (saya, kami, kita, bapak, ibu, adik, kakak, dan lain-lain).
PRODUKTIVITAS PROSES
Produktivitas dalam proses pembentukan kata adalah dapat tidaknya sebuah proses dilakukan secara berulang-ulang dalam pembentukan kata. Proses afiksasi merupakan proses yang sangat produktif, namun proses konversi dan akronimisasi cukup terbatas.
Terimakasih sangat membantu saya dalam mengerjakan tugas morfologi :)
BalasHapussama-sama semoga bermanfaat
Hapus